Empat Pilar yang memperkokoh agama sehingga umat memperoleh derajat mulia
Khatib: Syekh Muhammad Fathurahman, M.Ag
Pilar yang memperkokoh agama sehingga umat memperoleh derajat mulia adalah:
Pertama, Al Qur'an, yang terjaga / terpelihara. Di dalamnya mengandung ajaran yang Kamil dan Syamil (komprehensif). Sebagaimana Firman Allah Azza wa Jalla:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …” [Al-Maa-idah: 3]
Al Qur'an adalah karunia yang terbesar. Kitab-kitab Samawi sebelumnya hilang atau tidak terjaga keasliannya. Ajaran yang sempurna tertuang dalam Al Quran: menghubungkan antara hamba dengan Allah, antar sesama manusia, antar makhluk, menyeimbangkan materi (fisik) dan immateri (ruhani).
Al Qur'an menyatukan seluruh kaum muslimin di seluruh penjuru bumi dengan satu mushaf Utsmani. Tidak ada versi yang lain seperti kitab suci lainnya.
Kedua, Haji ke Baitullah. Mu'tamar Rabbani, pertemuan tahunan Islam. Kaum muslimin di seluruh penjuru bumi, datang dengan satu tujuan, kedudukannya sama, berpakaian yang sama, berkumpul di tempat yang sama menghadap kepada Yang Satu, Allah ’Azza wa Jalla. Syariat ini semestinya menjadi pengikat ukhuwah dan persatuan bagi umat Islam meski aliran Mazhab atau Thariqahnya berbeda-beda.
Pada abad 19, ketika bangsa-bangsa muslim terjajah pelaksanaan ibadah haji setiap tahun menjadi momen untuk membangkitkan semangat persatuan, pengikat rasa penderitaan yang sama. Ruh ini yang menjadi kekuatan untuk melepaskan belenggu dan tekanan penjajahan sehingga menjadi bangsa yang berdaulat.
Ketiga, Shalat Jumat. Jumat artinya berkumpul. Panggilan Allah: 'idzaa nuudiya lish shalaati min yawmil jumu'ati fas’au ilaa dzikrillaah wa dzarul baii’ (Jika telah dipanggil untuk melaksanakan shalat Jum’at maka bersegeralah untuk mengingat Allah dan tinggalkanlah perniagaan!)
Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ ٩
"Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS QS Al Jumu’ah [62] : 9).
Jumat adalah hari raya bagi kaum muslimin. Bersihkan dan satukan hati, bangun ukhuwah di antara kaum muslimin. Saat shalat Jumat adalah saat kebersamaan lahir dan batin menghadap kepada Allah SWT.
Panggilan Allah bukan dengan lonceng atau tabuhan yang tanpa makna. Tapi dengan kalimat adzan yang mulia, berisi komitmen dan kalimat dzikrullah serta motivasi kemenangan. Makna yang dalam ini menyatukan dan menghubungkan manusia dengan Allah. Shalat adalah perjalanan spiritual (samawi). Ketika dipanggil keluarlah sifat ananiyyah (egois) untuk tunduk menghadap kepada-Nya. Pasrah dan total kepada Allah, Pemilik Kemuliaan.
Saat menghadap, badan harus bersih suci hadas kecil maupun besar. Pakaian dan tempat pun harus bersih. Pakaian yang digunakan terbaik. Suci semuanya lahir batin.
Keempat, Al Ulama, pewaris para Nabi. Terjalin risalah yang dibawa oleh yang satu dengan lainnya. Ulama Rabbani yang memahami kondisi umat. Yang menguasai dan menggabungkan kekuatan intelektualitas (ijtihad) dan batin (isyraqiyyah). Syekh Abdurrahman Akhdhari mengungkapkan,
كَأَشْرَقَتْ بَصَائِرُ الصُّوْفِيّةْ بِنُوْرِ شَمْسِ الْحَضْرَةِ الْقُدْسِيَّةْ
Seperti "Telah terbit cahaya mata hati Sufi (ahli Tasawuf), dengan (disinari) Cahaya Matahari Hadirat Allah Yang Suci”.
Ulama yang merangkul bukan memukul, memberi nasihat bukan melaknat. Penuh kasih sayang dan tanggung jawab. Sebagai imam kehidupan, bukan sebatas di masjid.
Nabi Muhammad ﷺ mengisyaratkan akan selalu ada kelompok yang menegakkan agama, menyampaikan dengan penuh adab (etika), hikmah dan bijaksana. Karena memahami agama secara penuh dan memahami manusia beserta kehidupannya. Mereka tidak akan mengalami kebinasaan dalam menghadapi musuh-musuhnya hingga hari kiamat.
Murka Allah akan surut dengan adanya kelompok ini. Rahmat pun turun ke bumi. Mereka menjadi lokomotif kebangkitan bagi umat Islam yang lain. Akhirnya generasi khairu ummah (umat terbaik) muncul kembali di akhir zaman. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan Tsauban Ra., ‘Sebaik-baik umat adalah yang awal dan akhir, di tengahnya mengalami kekeruhan.’
Semoga kita berada dalam pilar tersebut sehingga meraih kenikmatan dan keberuntungan yang besar dalam bimbingan Islam.
Kampoeng Futuh, 21 Feb 2020
#Khutbah #Jum'at #SyekhMuhammadFathurahman
Lainnya:
Sebelumnya:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar