Selasa, 21 Juni 2022

Sabilus Salikin (173): Tarekat Sanusiyah


Peta Penyebaran Tarekat Sanusiyyah

Di Kota Faz Pengajian Syaikh Muhammad as Sanusi diikuti oleh banyak peduduk dan mereka berpendapat bahwa keilmuan dan pemahaman syariat sangat mendalam, keilmuannya merupakan limpahan ilmunya Allah, akalnya cemerlang, pikirannya matang, hukum yang ditetapkan ditakuti oleh Raja



Simpatik | Pendiri tarekat ini adalah Syaikh Muhammad bin Ali bin Sanusi bin Arabi bin Muhammad bin Abdul Qadir bin Syahidah bin Khamim bin Yusuf bin Abdullah bin Khaottob bin Ali bin Yahya bin Rasyid bin Ahmad al-Murobith bin Mindas bin Abdul Qowi bin Abd. Al-Rohman bin Yusuf bin Zian bin Zainal Abidin bin Yusuf bin Hasan bin Idris bin Sa’id bin Ya’kub bin Daud bin Hamza bin Ali bin Imron bin Idris bin Idris bin Abdullah al-Kamil bin Hasan al-Mutsnna bin hasan bin Ali bin Abi Tholib al-Hasyimi al-Quraisyi.


Syaikh Muhammad bin Ali bin Sanusi lahir di Mustagonim Negara Aljazair pada tahun (12 Rabiul Awal 1202 H./22 Desember 1787 M) pada waktu Subuh hari Senin, wafat pada tahun 1276 H./1858 M. Nasab beliau bersambung kepada nabi Muhammad  melalui Hasan bin ‘Ali dan Fatimah binti Rasul .  


Julukan Sanusiyah merupakan sebutan kepada kakek ke empat beliau, yaitu: Sayyid as-Sanusi yang menjadi ulama besar orang muslim yang di kebumikan di Timilsan-Fas-Maroko.


Pada usia dua tahun, orang tuanya wafat, kemudian beliau diasuh dan dididik oleh bibinya yang bernama Fatimah, yang menjadi orang yang memiliki banyak kelebihan pada zamannya, memiliki keilmuan yang dalam sehingga banyak yang menimba ilmu kepada beliau (Fatimah). 


Bibi beliau sangat menyayangi dan menghargai Syaikh Muhammad, sehingga beliau mendorong Syaikh Muhammad untuk mempelajari beberapa ilmu pada ulama di kota Mustaghonim dan sekitarnya.


Syaikh Muhammad belajar Al-Qur’an dan qiroah sab’ah pada Syaikh Muhammad bin Kokmas al-Thohrowi (suami Fatimah), beliau belajar bersama dengan anak Fatimah yang bernama Abdul Qadir. Pada tahun 1209 beliau telah hafal Al-Qur’an dengan riwayat Qiro’ah Sab’ah, ilmu khot, muri adh-Dhoman.


Lalu beliau meneruskan belajar ilmu Fikih pada Syaikh Muhammad as-Sanusi (Anak Pamannya) wafat tahun 1219 H lalu Syaikh Muhammad as-Sanusi melanjutkan pelajaran kepada Syaikh Muhyiddin bin Syalhabah, Muhammad bin Zawinah bin Abdul Qodir bin ‘Amur, Muhammad al-Kondur, Muhammad bin Abdullah, Ahmad Ath-Thobuli ath-Thurailisi.


Diawal tahun 1221 H (umur 19 th) beliau keluar dari kota Mustaghonim menuju ke kota Mazunah dan menetap di sana selama 1 tahun, disana beliau belajar pada banyak Ulama diantaranya, Syaikh Muhammad bin ‘Ali bin Abi Tahalib, Abu Ra’si al-Ma’safari dan Abu al-Mahl, Abu Zawinah.


Pada Tahun 1222 H beliau mengembara ke kota Tilmisan Maroko dan menetap di sana selama 7 tahun serta belajar kepada ulama-ulama terkemuka di kota tersebut. Diantaranya adalah Syaikh Khamudah bin Haj, Syaikh Hamdun bin Abd. Rahman, Syaikh Thoyyib al-Kiron, Syaikh Muhammad bin ‘Amir al-Ma’wani Syaikh Abu Bakar Al-Adrisi, Syaikh Idris bin Zian al-‘Iroki, Syaikh Muhammad bin Mansur, Syaikh Muhammad bin Umar al-Zarwali, Syaikh Muhammad Al-Baziri, Syaikh al-‘Arobi bin  Ahmad al-Darqawi (Ulama Thoriqah Syadziliyah).


Syaikh Muhammad As-Sanusi mendalami Tarekat para sufi dan berhasil mendapatkan Ijazah dari ulama-ulama yang mendalam keilmuannya sehingga beliau diangkat menjadi pengajar di Madrasah kota Faz. 


Pengajiannya diikuti oleh banyak peduduk dan mereka berpendapat bahwa keilmuan dan pemahaman syariat sangat mendalam, keilmuannya merupakan limpahan ilmunya Allah, akalnya cemerlang, pikirannya matang, hukum yang ditetapkan ditakuti oleh Raja.


Ilmu-ilmu yang dipelajari di kota Faz (Maroko) diantaranya:

  • Ilmu tarekat atau sufi karena di kota ini menjadi pusat perkembangan macam-macam tarekat Sehingga beliau pada akhir hayatnya mengarang kitab al-Sal Sabil al-Mu’in fi al-Thoroiq al-Arba’in yang membahas 40 thoriqah yang memiliki kretaria mengikuti sunah Nabi   baik Ucapan, perbuatan, dan menggunakan waktu untuk bersalawat kepada Nabi  .
  • Mementingkan belajar Ilmu fikih, dalam bidang Fikih beliau mempelajari Mazhab Malikiyah, beliau belajar ulama, Syaikh Muhammad bin ‘Amir al-Ma’dani, Syaikh Muhammad bin Abdu as-Salam an-Nashiri.
  • Mementingkan gerakan perdamaian dan menghasilkan perdamian di Negara Maroko sehingga pada akhirnya beliau membentuk Negara Libiya.


Pada 1235 H Syaikh Muhammad Sanusi keluar dari kota Faz Maroko menuju ke Aljazair dengan sebab:


Pertama, Karena ada fitnah yang besar di Kota Faz yaitu karena pemerintah di kota tersebut memaksakan kehendaknya kepada Ahlul Hilmi wal qodhi (parlemen). Kemudian terjadi fitnah yang lain disebabkan oleh perselisihan antara qodhi dan mufti dan kabar tersebut sampai pada Sultan Sulaiman. Akibatnya Sultan Sulaiman marah kepada mufti yang berakibat kepada para ulama, pengajar dan pelajar.


Lalu mereka melengserkan qodhi dengan menerbitkan pernyataan tentang kebodohan dan kelalimannya. Hal ini menimbulkan kejadian yang luar biasa sehingga penduduk kota Faz melakukan demo kepada Sultan Sulaiman.


Mereka menuntut mengangkat Ibrahim bin Yazid menantu Sultan Sulaiman untuk menjadi Qodhi. Pada awalnya sultan menolak, namun kemudian menerima tuntutan tersebut dengan ancaman. 


“Jika kami tidak mengangkatmu sebagai qodhi maka kami akan mengangkat keluarga Bani Idris”.


Ancaman ini membuatnya takut. Syaikh Al-‘Arabi ad-Darqowi (salah satu Syaikh Muhamad Sanusi) menjadi salah satu yang menghadiri pengangkatan qodhi, yang pada akhirnya Syaikh Al-‘Arabi ad-Darqowi dimasukkan penjara oleh Sultan dan hal ini yang menjadi penyebab utama pindahnya Syaikh Muhammad Sanusi dari Faz ke Kota AL-Jazair.


Kedua, Melaksanakan haji dan Ziarah ke Masjid Al-Nabawi dan melihat tanah kelahirannya.


Ini merupakan perjalanan dari wilayah barat (Maroko) - Sudan - Tunisia - Qobis -Torobilis - Zaliton - Masyriq (Al-Jazair). Syaikh Muhammad Sanusi belajar kepada ulama di daerah yang ditemui dan diminta untuk mengajarkan ilmu karena nama Syaikh Muhammad Sanusi sudah dikenal oleh sebagian masyarakat dan pemerintah daerah yang dilalui.


Pada 1239 H/134 M Syaikh Muhammad Sanusi ke kota Mesir yang pada waktu itu kekuasaan dipegang oleh Muhammad Ali Basa pada 1805 M dan ini merupakan kesempatan bagi Syaikh Muhammad Sanusi untuk mengenal ‘Ali Basa dengan dekat, yaitu: mengajak Ali Basya untuk melaksanakan berbagai macam aturan dan melaksanakan perdamaian.


Pada 1240 H/1825 M  Syaikh Muhammad Sanusi pergi ke Makkah untuk ziarah dan perjalanan kali ini memiliki dampak yang besar dalam perkembangan Tarekat Sanusiyah. Ada beberapa sebab yang menjadikan keberhasilan perjalanan kali ini:


  1. Syaikh Muhammad Sanusi berhasil membangun dasar-dasar hal dan akhlak orang muslim yang menjadi delegasi ke Mw
  2. Kesempatan yang bagus terbuka karena ulama’, ahli fiqih, dan para pemikir umat saling tarik-menarik tentang metode kebangkitan dan mengembalikan keluhuran umat ini.
  3. Makkah merupakan kota yang penting untuk berdakwah sehingga Syaikh Muhammad Imam Sanusi sibuk untuk menyebarkan, menghasilkan, bertukar pikiran tentang berbagai macam ilmu dan bersungguh-sungguh mempelajari beberapa madzhab yang berkembang sehingga bisa dirasakan oleh seluruh umat islam, (al-Harakah al-Sanusiyyah fi Libiya, halaman 40-48).

Guru-guru Syaikh Muhammad Imam Sanusi

Di Mekah ia berguru kepada:

a). Syaikh Abu Sulaiman ‘Abdul Hafid al-‘Ajami Mufti dan Qadhi di Makkah,

b). Syaikh Abu Hafs Umar bin ‘Abdur Rasul al-Athar (guru Hadis),

c). Syaikh Ahmad al-Dujjani (mursyid Syaikh Muhammad Imam Sanusi dalam beberapa tarekat).


Mafaza Online


Lainnya silakan klik:

JADILAH PENJELAJAH Sejarah adalah Perjalanan


Silakan Klik 

Mafaza-Store

Lengkapi Kebutuhan Anda


Tidak ada komentar:

Posting Komentar